Cerita Misteri Pasar Bubrah Gunung Merapi
Siapa bilang hanya manusia saja yang melakukan aktivitas jual-beli, makan-minum, bahkan perkawinan? Jangan salah, kehidupan bangsa jin pun tak jauh berbeda dengan bangsa manusia. Mereka melakukan aktivitas ekonomi sebagaimana manusia. Contohnya yang terjadi di Pasar Bubrah, yang terletak di Lereng Gunung Merapi. Pasar ini sifatnya gaib, jadi tidak tampak oleh mata biasa, namun sudah banyak pendaki yang bersaksi bahwa Pasar Bubrah benar-benar ada.
Pendaki yang hendak menuju Puncak Merapi memang biasanya camping di Pasar Bubrah karena kontur tanah di sini memang lapang sehingga memudahkan pendaki mendirikan tenda. Di saat camping itulah para pendaki biasanya diteror oleh suara-suara gaib misterius, seperti: suara gamelan dan suara orang ramai seperti sedang transaksi jual beli. Meski demikian, Pasar Bubrah tetaplah menjadi primadona area camping para pendaki Merapi.
Hantu-hantu di Pasar Bubrah hanya melakukan aktivitas jual-beli pada malam hari hingga menjelang pagi. Jadi jika camping pada pagi atau siang hari tidakakan terendus aktivitas mereka. Pernah ada kisah seorang pendaki laki-laki sedang camping di sana. Dia merasa lapar, sehingga ia jalan-jalan keluar tenda, karena dalam benaknya di luar tenda ada banyak warung jualan makanan. Ia sama sekali tidak sadar, bahwa dirinya sedang di gunung, mana mungkin ada pedagang di lereng Merapi. Pemuda pendaki itu mengaku beli sebuah pisang ke pedagang di dekat tendanya.
Lain kisah dengan suara-suara gending atau gamelan yang kerap terdengar di Pasar Bubrah. Ada dua mitos mengenai ini bahwa suara itu memang adalah gamelan yang ditabuh para hantu. Namun ada pula mitos logis yang berkembang yaitu suara itu sebenarnya hanyalah hembusan angin yang memang terkenal kencang di Pasar Bubrah. Sebab, Pasar Bubrah sudah berada di melintasi batas vegetasi sehingga sama sekali tidak ada pohon yang menghalau laju angin di sana.
Entah mana yang mitos, mana yang fakta, tapi sama sekali tidak mengurangi derajat kemistisan dan keangkeran Pasar Bubrah. Rasanya sama saja seperti belum mendaki Merapi bila sampai tidak merasakan nikmatnya camping di Pasar Bubrah. Adu adrenalin di sana, apa salahnya? Yuk coba! Siapa tahu terdengar pula nyanyian para hantu perempuan yang bertindak sebagai sinden bagi gending-gending Jawanya.
Pendaki yang hendak menuju Puncak Merapi memang biasanya camping di Pasar Bubrah karena kontur tanah di sini memang lapang sehingga memudahkan pendaki mendirikan tenda. Di saat camping itulah para pendaki biasanya diteror oleh suara-suara gaib misterius, seperti: suara gamelan dan suara orang ramai seperti sedang transaksi jual beli. Meski demikian, Pasar Bubrah tetaplah menjadi primadona area camping para pendaki Merapi.
Hantu-hantu di Pasar Bubrah hanya melakukan aktivitas jual-beli pada malam hari hingga menjelang pagi. Jadi jika camping pada pagi atau siang hari tidakakan terendus aktivitas mereka. Pernah ada kisah seorang pendaki laki-laki sedang camping di sana. Dia merasa lapar, sehingga ia jalan-jalan keluar tenda, karena dalam benaknya di luar tenda ada banyak warung jualan makanan. Ia sama sekali tidak sadar, bahwa dirinya sedang di gunung, mana mungkin ada pedagang di lereng Merapi. Pemuda pendaki itu mengaku beli sebuah pisang ke pedagang di dekat tendanya.
Lain kisah dengan suara-suara gending atau gamelan yang kerap terdengar di Pasar Bubrah. Ada dua mitos mengenai ini bahwa suara itu memang adalah gamelan yang ditabuh para hantu. Namun ada pula mitos logis yang berkembang yaitu suara itu sebenarnya hanyalah hembusan angin yang memang terkenal kencang di Pasar Bubrah. Sebab, Pasar Bubrah sudah berada di melintasi batas vegetasi sehingga sama sekali tidak ada pohon yang menghalau laju angin di sana.
Entah mana yang mitos, mana yang fakta, tapi sama sekali tidak mengurangi derajat kemistisan dan keangkeran Pasar Bubrah. Rasanya sama saja seperti belum mendaki Merapi bila sampai tidak merasakan nikmatnya camping di Pasar Bubrah. Adu adrenalin di sana, apa salahnya? Yuk coba! Siapa tahu terdengar pula nyanyian para hantu perempuan yang bertindak sebagai sinden bagi gending-gending Jawanya.
Post a Comment