David Belum Pulang
“Kemana aja lo baru dateng.” Ucap Deri saat David datang.
“Gue tadi beli rokok dulu di warung babe, anak-anak udah pada ngumpul?” David duduk disebelah Deri.
“Belum nih, lagi pada nungguin juga.”
Deri, David, dan 13 orang temannya sedang berkumpul disebuah warung kecil di pinggir jalan. Mereka adalah murid Sekolah Menangah Harapan Bangsa, hari itu mereka dipulangkan sebelum waktunya. Karena mereka baru saja melewati ujian akhir tingkat sekolah menangah, oleh karena itu mereka sudah tidak lagi belajar seperti biasa. Tugas mereka adalah menunggu hasil pengumuman, karena itulah penentu masa depan mereka.
Sebagai murid sekolah menengah yang terkenal akan kedudukannya dikalangan sekolah lain, mereka harus mempertahankan reputasi mereka. mereka juga harus melaksanakan tugas sebagai penguasa wilayah dengan mengalahkan sekolah lain, ini adalah hajatan setahun sekali. Turun temurun dari senior sebelum mereka, hingga akhirnya tugas itu jatuh ke tangan mereka.
15 menit kemudian beberapa murid sekolah Harapan Bangsa semakin banyak berdatangan, beberapa membawa tas mereka dengan cara dipeluk. Akhirnya 20 murid sekolah harapan bangsa berkumpul diwarung kecil itu, sang pemilik warung tak berdaya untuk mengusir mereka.
“Sekarang kumpulin BR-nya” ujar Deri.
Seluruh murid menghampirinya seraya membuka tas mereka, satu per satu mulai mengeluarkan senjata yang mereka bawa. Mulai dari sabuk dengan mata gear, samurai, celurit, hingga golok. Setelah semua kumpul, Deri mulai membagi senjata-senjata itu. Deri memberikan sebuah samurai kepada David. “Pegang, umpetin di baju lo.” Ujarnya. David segera mengambilnya, lalu memasukannya ke dalam baju seragam yang ia pakai.
“Oke. Hari ini kita nyerang SMA Pagi Cerah. Alumni kita udah nunggu disana, kita disuruh langsung meluncur aja. Pokoknya kita mesti ngalahin SMA Pagi Cerah, soalnya gue denger-denger ada anak kita yang digebukin.”
Seluruh murid sekolah Harapan Bangsa mendengarkan Deri dengan seksama, tidak ada satupun bualan Deri tentang tindakan kepahlawanan bodoh yang luput dari perhatian mereka. begitu juga David. Setelah selesai memberi wejangan, mereka mulai meninggalkan warung kecil itu dengan menggunakan mobil omprengan.
Terlihat senyum bahagia pemilik warung kecil, hari ini pasti hari keberuntungannya. karena warungnya aman dari murid-murid sekolah Harapan Bangsa.
Mobil omprengan yang berisi 20 murid sekolah menengah yang sudah siap mati mulai berjalan menuju medan perang. Ini adalah masalah harga diri, pikir ke 20 murid itu.
20 menit kemudian mobil omprengan itu sudah sampai di tempat yang ditentukan, sebuah persimpangan jalan raya tidak jauh dari sekolah Pagi Cerah. Mereka turun satu per satu, masing-masing dari mereka memegang erat senjata mereka. cuaca siang itu cukup panas, beberapa kali David mengusap tanganya untuk mengurangi sengatan sinar matahari. Tapi bagi David tidak ada hal yang lebih penting dari loyalitas untuk senior, ia harus melaksanakan tugasnya.
Setelah turun dari mobil omprengan, mereka mulai menghampiri senior-senior mereka yang sudah menunggu di sudu-sudut jalan. Hingga mereka semua berkumpul, lalu dilanjutkan oleh pidato kejantanan khas senior bobrok.
“Pokoknya lo semua harus nyerang, gue gak mau liat ada yang kabur. Jangan jadi banci, tunjukin kalo SMA kita itu masih penguasa sini. Injek-injek sekolah lain, gue gak mau tau.” Celoteh seorang senior.
“Nanti begitu kita liat mereka dateng, langsung serang. Gak pake banyak bacot.” Tambah salah seorang senior. Mereka sepertinya sudah cukup mengerti dengan insteruksi para senior, kini tugas mereka adalah menunggu lalu menyerang. Seperti sebuah hewan liar yang sama sekali tidak memiliki logika, hanya mengandalkan insting kehewanan. 5 menit kemudian, seorang murid sekolah Pagi Ceria terlihat berjalan menuju persimpangan jalan, disusul dengan puluhan murid lain dibelakangnya. Melihat itu murid sekolah Harapan bangsa mulai mengeluarkan senjata mereka, lalu satu persatu keluar dari persembunyian mereka. sedangkan para senior masih bersembunyi, mereka hanya diam, dan memperhatikan.
Kini murid sekolah Harapan Bangsa, dan Pagi Cerah sudah saling berhadapan di jalan raya. Beberapa kendaraan sudah mulai menghindar, beberapa sengaja menghentikan kendaraan mereka agar tidak melewati mereka. orang-orang yang tadi sedang duduk-duduk di pinggir jalan pun kabur untuk menghindari mereka, peperangan benar-benar akan meledak. Mereka sudah saling berhadapan, hanya tinggal menunggu siapa yang menarik pelatuk terlebih dahulu. Jumlah mereka seimbang, dan dendam mereka pun setara satu sama lain. Siap saling mencabik hanya untuk sebuah pengakuan siapa yang lebih berkuasa, sebuah sifat alami manusia yang paling berbahaya.
“Serang!!!” ujar Deri dengan nada keras. Murid sekolah Harapan Bangsa mulai berlarian seraya mengeluarkan senjata yang mereka bawa, begitu pula murid sekolah Pagi Cerah. Tapi kemudian sesuatu yang tidak diharapkan terjadi, ternyata beberapa puluh murid sekolah Pagi Cerah bermunculan dari sudut-sudut jalan. Mereka mengepung murid sekolah Harapan Bangsa, mereka kalah telak dalam hal jumlah. Mereka mulai panik, lalu meminta bantuan senior mereka yang menunggu disudut jalan. Namun ternyata senior mereka sudah tidak ada ditempatnya, mereka sudah pergi entah kemana. Keadaan semakin memanas, dengan jumlah yang lebih sedikit murid sekolah Harapan Bangsa harus melawan. Akhirnya pertempuran pecah, mereka mulai saling serang. Deri menyerang dengan celurit yang ia pegang, ia menyerang membabi buta. Beberapa murid sekolah Pagi Cerah pun terkena sabetan celuritnya, bahkan kuping seseorang murid putus terkena sabetannya. Darah mulai memenuhi jalan aspal panas siang itu, suasana benar-benar tidak terkendali.
Disisi lain David pun sedang mencoba melawan siapa saja yang ada di depannya, awalnya David dapat mengendalikan keadaan dengan samurai yang ia gunakan. Namun lama kelamaan ia mulai kewalahan, beberapa teman-temannya pun memilih untuk kabur. Saat mencoba menyabet tangan seorang murid yang memegang sabut gear, David merasa tangannya seperti terbakar. Perih, dan ngilu. Ternyata seorang murid sekolah Pagi Cerah menusuk lengannya dengan golok hingga menembus lapisan tulangnya, golok itu menembus pergelangan tangannya. Darah dari tangannya mengalir deras, David mencoba menahan rasa perih yang luar biasa. Pandangan David mulai berkunang-kunang, ditambah cahaya matahari yang terik. David kehilangan kendali atas dirinya.
Hingga saat ia menoleh sebuah gear besar menghantam pelipisnya, bagian gerigi dari gear itu menembus kulit pelipisnya. Meretakan tulang pelipisnya, dan menghasilkan suara gemeretak. Darah membuncah, dan seketika sebuah rasa sakit, dan pening menancap di kepala David. David berjalan sempoyongan, ia sudah setengah sadar. Matanya sudah berputar kesana kemari, suara teriakan disekitarnya terdengar seperti dengungan lebah di telinganya. Ketika David sedang mencoba menjaga keseimbangannya agar tidak jatuh, tiba-tiba sebuah mobil yang melaju kencang, dan menembus kerumunan tawuran menghantamnya dengan keras. Kepalanya menghantam kaca depan mobil itu hingga pecah, suara gemeretak yang lebih keras terdengar. Itu adalah suara tengkorak kepala David yang pecah saat menghantam kaca mobil, juga rahang dan deretan gigi David yang hancur berkeping-keping. Darah, dan bola mata David menyiprat ke kaca mobil. Tubuh David terpental sejauh 200 meter, lalu menghantam aspal yang panas. Ia tergeletak di tengah jalan, dengan keadaan kepala yang remuk, dan beberapa keping kaca yang cukup tebal menancap diwajahnya. Darah mulai merembes dari kepala, dan wajahnya hingga membasahi aspal jalanan yang panas. Darah David mendidih, namun dalam arti yang sebenarnya.
Polisi mulai berdatangan, para murid dari kedua sekolah lari tunggang langgang. Meninggalkan beberapa korban luka parah yang tergeletak di jalanan, beberapa diantara mereka tergeletak dengan luka tebasan samurai di seluruh tubuhnya. baju seragam yang mereka gunakan sudah dibasahi oleh darah, bahkan seorang murid kehilangan jari-jari tangannya akibat tebasan samurai.
Diantara mereka yang tergeletak, David sedang mencoba terus bernapas. Namun seluruh tubuhnya sudah remuk. Rasa perih, panas, ngilu, dan pening menikamnya dari segala arah. Hingga akhirnya David sudah tidak kuat lagi, ia menghembuskan napasnya yang terakhir di permukaan aspal yang panas….
Selamat tidur David, semoga mimpi indah…
Sementara itu ditempat lain seorang ibu tengah berdiri di pintu rumahnya.
“David mana ya, kok belum pulang?”
Post a Comment