Lukisan yang Berkedip
LUKISAN YANG BERKEDIP
Melukis adalah kegemaran saya sejak kanak-kanak. Bakat? Tentang itu saya kurang memikirkannya. Yang jelas, saya suka mengisi waktu luang dengan melukis. Menginjak dewasa, saya memperdalam pengetahuan melukis dengan belajar secara serius kepada seorang maestro lukisan realis di negeri ini, Kok Poo. Banyak pelukis memahami bahwa melukis realis fotografis bukan hal yang mudah. Di dalamnya terdapat banyak aturan teknis yang mesti dipatuhi bila ingin menghasilkan sebuah lukisan realis fotografis yang indah dan enak dipandang. Belum lagi berbagai aturan teknis tentang komposisi dan kekuatan gelap terang warna. Dengan belajar pada sang Maestro, saya kemudian lebih memahami bagaimana cara melukis yang lebih baik.
Seiring berjalannya waktu, selain berpameran, saya terkadang mendapat pesanan untuk melukis potret. Pengalaman aneh berikut ini berawal dari sebuah pesanan lukisan dari salah seorang kolega di Surabaya. Berawal dari sebuah perkenalan dengan seorang pimpinan perusahaan, keakraban kami akhirnya mengantar saya mendapat pesanan beberapa lukisan dari beliau. Mulai dari lukisan alam, benda, sampai figur foto.
Suatu ketika, saya diminta untuk melukis sebuah foto kuno. Menurut cerita beliau, foto tersebut adalah foto mendiang neneknya sewaktu masih muda. Dengan senang hati, saya pun berusaha melukis foto tersebut sebaik mungkin. Setelah selesai, saya mengirimkannya ke Surabaya. Beberapa hari kemudian, kolega saya memberi kabar bahwa lukisannya telah sampai dan beliau sangat puas dengan hasilnya. Bernapas lega lah saya mendengar kabar tersebut.
Tampaknya, hal tersebut bukan awal sebuah kejadian aneh yang baik. Melainkan awal dari ketakutan kolega saya dan keluarganya. Setelah diterima, lukisan tersebut dipasang di dalam kamar tidur beliau karena dia berharap bisa mengenang segala jasa baik sang nenek semasa hidupnya. Namun, niat baik tidak selalu berbuah baik. Awalnya, kolega saya tersebut tidak percaya dengan cerita istrinya bahwa pernah suatu malam istrinya terbangun di malam hari dan melihat kedua bola mata sang nenek di lukisan itu berkedip. Jantung si istri serasa mau lepas melihat kejadian aneh tersebut.
Mndengar cerita istrinya, kolega saya menganggap bahwa kejadian malam itu khayalan semata. Sampai akhirnya pada suatu malam, saat kolega saya belum bisa tidur, tiba-tiba pandangannya seperti diseret untuk memerhatikan lukisan mendiang neneknya. Semakin memerhatikan lukisan tersebut, jantungnya semakin berdegup kencang. Karena dengan kondisi kesadaran penuh, beliau melihat kedua bola mata di lukisan tersebut berkedip berkali-kali. Beberapa kali beliau mencoba menggosok-gosok matanya, tetapi kedua bola mata lukisan mendiang nenek tetap berkedip bahkan sesekali tersenyum. Malam itu juga kolega saya memberanikan diri menurunkan dan memindahkan lukisan tersebut ke ruang lain.
Keesokan harinya, beliau menelepon saya dan menceritakan semuanya. Singkat kata, beliau ingin memberikan lukisan tersebut kepada saya kembali. Dengan tidak menuntut uangnya kembali. Bahkan mengizinkan saya untuk melakukan apa pun terhadap lukisan tersebut. Termasuk bila nantinya saya ingin membuangnya.
Akhirnya, setelah lukisan tersebut saya terima kembali, dengan tenang saya amati. Ternyata, lukisan tersebut telah dirasuki hantu. Dengan berat hati, akhirnya saya membakar lukisan tersebut. Sayang? Tentu saja karena itu adalah sebuah karya seni. Tapi daripada menumbuh suburkan hantu maka lebih baik saya musnahkan dengan jalan membakarnya.
Post a Comment