Penampakan Pelukis
Penampakan Pelukis
Rabu malam pada September 2001, setelah berming-guminggu menyelesaikan beberapa pesanan lukisan, rasa penal dan lelah erat merayapi tubuh. Kondisi ini memaksa saya beristirahat lebih awal dibandingkan jam istirahat saya pada malam-malam biasanya. Saat kejadian ini berlangsung, saya masih aktif sebagai pelukis yang tinggal di sebuah rumah bersama beberapa teman.
Pengalaman misterius ini dialami teman serumah saya, Darto. Menurut Darto, peristiwa itu melibatkan sosok yang sangat mirip saya. Rumah yang kami tempati bersama pada saat itu memiliki dua lantai. Lantai bawah terdiri alas ruang tamu, satu kamar tidur, ruang tengah, dapur, dan kamar mandi. Lantai atas terdiri atas dua kamar. Satu kamar biasa saya fungsikan sebagai studio lukis, satu kamar lainnya sebagai tempat ibadah. Hanya ada satu tangga naik dari lantai bawah menuju lantai atas. Tangga itu terletak di ruang tengah sehingga bila kami dari ruang tamu hendak ke lantai atas, mesti melewati dulu ruang tengah demikian pula sebaliknya.
Karena kuatnya rasa lelah, sekitar pukul 21.30 saya sudah terlelap di salah satu sofa panjang di ruang tamu. Entah kenapa malam itu saya memilih untuk merebahkan tubuh di ruang tamu, bukan di kamar tidur seperti biasanya. Sementara itu, teman saya Darto, pada waktu yang hampir bersamaan berada di ruang tengah menonton tayangan televisi.
Menjelang pukul 00.30, Darto hendak menunaikan ibadah malam. Setelah membersihkan tubuh di kamar mandi, Darto pun beranjak ke lantai atas menuju ruang ibadah. Sebelum memasuki ruang ibadah, Darto menyempatkan diri menengok ke kamar yang biasa saya fungsikan untuk melukis. Kebetulan malam itu Darto melihat pintu kamar terbuka dan lampunya menyala terang. Apa yang dilihat Darto di kamar lukis bukanlah pemandangan yang baru atau bahkan aneh. Dia melihat saya sedang asyik melukis di depan sebidang kanvas. Dia dapat mengingat betul, saat melongok ke kamar lukis dia melihat saya tersenyum aneh kepadanya.
Berapa saat berlalu, Darto pun selesai beribadah malam. Dia pun beranjak keluar dan bermaksud beristirahat di kamar bawah. Sebelum melangkah turun melalui tangga, dia kembali menyempatkan diri menengok sesaat ke kamar tempat saya biasa melukis. Di dalam kamar lukis tersebut, Darto masih melihat saya yang semakin larut memainkan kuas di atas kanvas.
Setelah menuruni tangga, tiba-tiba ada semacam dorongan aneh yang membuatnya untuk tidak langsung melangkah ke kamar tidur di ruang bawah. Pikirannya seperti ingin melangkah sesaat ke ruang tamu. Darto pun melangkah ke ruang tamu mengikuti pikirannya.
Tapi apa yang didapati Darto sungguh membuat tubuhnya lemas lunglai. Keringat dingin mengucur dan rasa gemetar tak lagi mampu dia tahan. Mengapa? Karena apa yang dia pandang adalah sesuatu yang nyaris membuat jantungnya berhenti berdetak. Dia melihat tubuh saya yang sedang tertidur pulas di atas sofa panjang di ruang tamu. Hanya ada satu pertanyaan dalam benak Darto yang muncul kala itu “Kalau saya melihat Eko tertidur pulas di ruang tamu, siapa yang tadi melukis di lantai atas?”
Beberapa saat kemudian Darto memberanikan diri membangunkan saya yang masih tertidur pulas. Dengan tubuh gemetar dia menceritakan kejadian yang baru saja dilihatnya di ruang lukis lantai alas. Setelah mendengar cerita Darto, kami berdua bergegas ke lantai alas. Kamar lukis itu… kosong… !!! Tidak ada seorang pun di sana.
Post a Comment