Header Ads

Cerita Horor Berkunjung Ke Rumah Kakek

Cerita Horor Berkunjung Ke Rumah Kakek - Perkenalkan namaku Roy, umurku 21 tahun dan sekarang aku sudah menikah dengan seorang wanita cantik keturunan arab-jawa yang bernama Liza.

Pada suatu hari, aku dan Liza memutuskan untuk mengunjungi rumah kakeknya Liza. Panggil saja kakek Bahlul.
"Tok tok tok"

Aku mengetuk pintu rumah kakek Bahlul yang terbuat dari kayu jati.
Rumah kakek Bahlul memang sederhana dan sudah tua. Aku pernah mendengar cerita dari ayah mertua, jika rumah ini sudah ada sejak jamam peninggalan belanda. Jadi, tak mengherankan jika rumah kakek Bahlul memberikan nuansa kelam yang begitu terasa. Ehm, dan perlu diketahui bahwa rumah kakek Bahlul ini letaknya cukup jauh dari hiruk pikuk perkotaan, lebih tepatnya di kawasan hutan lindung.

"Eh, iya tunggu sebentar." Terdengar suara seorang kakek-kakek yang kutebak adalah kakek Bahlul.
Tak selang beberapa lama kemudian, pintu pun terbuka. Nampak seorang tua renta yang mengenakan baju batik lusuh menatap ke arahku dan Liza dengan tatapan kebingungan, dialah kakek Bahlul.
"Loh, mas dan mbak ini siapa ya?" Tanya kakek Bahlul yang sontak membuatku tertawa.
"Hahahaha... Adaw!"

Liza mencubit lenganku dengan cubitan mautnya.
"Ini kami, Kek. Liza dan Roy." Ucap Liza kepada kakeknya itu. Kakek Bahlul pun tampak mencoba mengingat-ingat kembali sembari menekan-nekan bagian belakang kepalanya yang hanya di tumbuhi beberapa helai rambut beruban.

"Oh, ini Liza cucu kakek." ucap kakek Bahlul seraya memeluk cucunya tersebut. Memang, terakhir kali kami kemari adalah dua tahun yang lalu. Atau lebih tepatnya pada saat kakek Bahlul masih tinggal dengan anak angkatnya.

"Lama, kamu nggak kesini Liz. Kakek kangen sekali sama kamu." Kakek Bahlul melampiaskan kerinduannya terhadap cucunya itu. Tapi entah kenapa, disini terkadang saya merasa tak di anggap.

Cerita Horor Berkunjung Ke Rumah Kakek

"Oh, iya. Dia itu siapa? Temanmu?" Tanya kakek Bahlul ketika dia menyadari keberadaanku.
"Lama-lama gue bacok nih orang." Batinku sembari meremas-remas kunci mobil yang ada di genggamanku.

"Dia suamiku, Rohim. Bukannya dulu kakek yang sering memanggil Rohim dengan sebutan Roy?" Jelas Liza kepada kakeknya yang pikun itu.
"Oh, ini nak Roy toh. Mari, silahkan masuk." ucap kakek Bahlul memerintahkan kepada kami untuk masuk.

Kami berdua pun di suruh duduk di ruang tamu, sementara kakek Bahlul pergi kedalam rumahnya.
"Kenapa sih, tadi Abi ketawa-ketawa? Gak sopan sama sekali" Dengus Liza kesal sembari duduk di salah satu kursi yang ada di ruang tamu ini.
"Maaf, tadi abi hilap. Lagian kakeknya umi lucu, sih." Jelasku.
"Lucu ndasmu." Balas Liza dengan logat
Jawanya.

Cerita horor seram berkunjung ke rumah kakek Cerita horor pun masih berlanjut. Lima menit lamanya, tidak ada satupun dari kami yang berbicara. Hingga akhirnya, kakek Bahlul telah kembali sembari membawa tiga gelas air yang ternyata air kelapa muda.
"Aduh, kenapa masih repot-repot begini kek." ucap Liza kepada kakeknya itu.

"Kalian kan habis dari perjalanan jauh, pastinya kalian lelah dan haus. Dan kelapa itu kakek ambil dari sawah tadi pagi. Sudah, cepat di minum." Perintah kakek Bahlul kepada kami berdua. Aku dan Liza pun segera meminum air kelapa tersebut.

"Ehm, kakek mau menceritakan suatu kisah nyata. Apa kalian mau mendengarkannya?" Tanya kakek Bahlul yang langsung di balas anggukan oleh kami berdua.

"Dua tahun yang lalu, ada sebuah keluarga yang tinggal di sebuah rumah di pinggirang hutan. Keluarga tersebut terdiri dari empat anggota keluarga, yaitu seorang suami, seorang istri, dan dua anak mereka. Suatu hari, si anak tertua memerintahkan adiknya untuk mengambilkan batu di pinggir jalan.

Tapi si adik ini menolak perintah kakaknya itu. Si kakak yang kesal pun memukul adiknya menggunakan gagang sapu, alhasil si adik ini pun menangis dan tangisannya ini di dengar oleh ibu mereka. Uhuk, uhuk." Kakek Bahlul terbatuk di tengah-tengah cerita, dia pun meminum air kelapa yang ada di hadapannya. Setelah itu, kakek Bahlul pun melanjutkan ceritanya.

"Si Ibu pun memarahi anak tertuanya itu. Dia berkata 'Kalau sudah besar, apa-apa harus di lakukan sendiri! Jangan menyuruh orang lain.'. Si kakak itupun hanya bisa mengangguk ketika dimarahi ibunya." Kakek Bahlul tampak menjeda ceritanya.

"Keesokan harinya, si Ibu memerintahkan anak tertuanya tadi untuk belanja ke pasar. Namun, si anak tertua menolak seraya berkata 'Kan kemarin ibu bilang, kalau sudah besar, apa-apa harus di lakukan sendiri!'.

Si Ibu pun tertegun mendengar ucapan anaknya tersebut. Si Ibu yang merasa frustasi pun memutuskan untuk bunuh diri di kamarnya. Sore harinya, sang suami yang baru saja pulang dari ladang melihat mayat istrinya yang bersimbah darah. Entah karena apa, si Suami pun ikut bunuh diri dengan menghujamkan celurit ke perutnya. Tamat" Kakek Bahlul pun telah menyelesaikan ceritanya. Namun, aku masih penasaran dengan nasib si kakak beradik yang ada di cerita tersebut.

"Bagaimana dengan nasib kedua anak tadi? Dan juga bagaimana kakek bisa tau tentang kisah itu?" Liza pun melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang hendak ku tanyakan.
"Sebetulny..."
"Zeeb kuy, zeeb kuy, zeeb kuy, zeeb kuy"
Tiba-tiba, ada panggilan masuk di handphoneku. Aku pun segera mengambil handphone yang ada di saku celanaku itu.
"Siapa yang menelfon?" Tanya Liza.
"Ayah mertua." Jawabku. "Tunggu sebentar ya." Lanjutku seraya pergi keluar.
"Halo, ada apa ayah?" Tanyaku mengawali perbincangan.
"Kamu dan Lisa sekarang ada dimana, Roy?" Tanya ayah mertua balik.
"Ada di rumah kakek, mema.."
"Kakek siapa yang kamu maksud?" tanya Ayah mertua lagi.
"Kakek Bahlul." Jawabku
"Kalian berdua cepat pu..."
"Aaaaaa!"

Belum sempat ayah mertua menyelesaikan perkataannya, terdengar suara teriakan Liza dari dalam rumah kakek Bahlul. Aku pun bergegas pergi menuju ke dalam rumah kakek Bahlul.
"Ada ap.. Liza!" Pekikku ketika melihat Liza sudah tak sadarkan diri. Sementara kakek Bahlul menghilang entah kemana.

Karena firasatku berkata ada yang tidak baik di rumah ini, aku pun segera menggendong Liza dan membawanya ke dalam mobil.
"Sial!" umpatku ketika menyadari bahwa kunci mobilku tertinggal di meja ruang tamu itu.
"Nak Roy, kunci mobilmu ketinggalan." ucap seseorang sembari menyodorkan kunci mobilku dari luar jendela.

"Terima ka.. Aaaaa!" Aku berteriak ketika mengetahui siapa orang tersebut. Ternyata dia adalah kakek Bahlul yang sekujur tubuhnya telah berubah menjadi seperti tulang yang hanya di lapisi kulit tanpa daging, sementara matanya kosong. Ya, bola matanya sudah tidak ada di tempatnya. Tanah liat tampak mengalir dari rongga matanya yang kosong, dari hidung serta mulutnya yang tampak di penuhi oleh belatung.

Sebelum cerita horor ini selesai, yang paling mengerikan adalah ketika aku melihat seorang wanita dan dua anak kecil di belakang kakek Bahlul. Penampilannya pun tak kalah mengerikan dengan kakek Bahlul.
"Ayolah, kenapa harus mati di saat seperti ini." Gumamku sembari terus berusaha menyalakan mobil yang sedari tadi tak mau menyala.

Cerita horor mantan ngajak balikan (Baca selengkapnya) Nafasku tercekat ketika melihat ke empat hantu atau mayat hidup itu kini telah berada di sampingku. Menatapku dengan tatapan kosong dari luar jendela mobil yang masih terbuka.
Tampak kakek Bahlul membuka mulutnya secara perlahan, hingga membuat beberapa belatung terjatuh dari mulutnya.

"Terima kasih telah mengunjungi kami. Tidak salah jika ayah Liza memilihmu sebagai menantunya. Aku minta tolong jagalah cucuku, nak Roy." Itulah perkataan yang di ucapkan oleh kakek Bahlul sebelum akhirnya mobilku bisa di nyalakan. Aku pun segera memacu mobilku meninggalkan kakek Bahlul yang menatapku sembari menyunggingkan senyuman ketenangan, sebelum akhirnya dia menghilang menjadi debu.

Setelah kejadian itu, Liza pun jatuh sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Karena Liza sakit, cerbung The Monster Hunter harus di pending sampai si Liza sembuh. Demikianlah cerita horor seram kali ini.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.