Hantu Wanita Memesan Bakso
Malam itu, lima tahun yang lalu, tidak seperti biasanya jalanan di perkampungan tempat saya biasa menjajakan bakso terasa sepi. Sampai jam 9 malam baru 10 mangkok bakso yang saya jual. “Sepi banget ya malam ini”, kata saya dalam hati sambil berjalan mendorong gerobak bakso dan memukul-mukul kentongan untuk memberi tanda bahwa tukang bakso sedang jualan bakso.
Tepat di sebuah pertigaan jalan saya sempat bimbang, mau belok ke kiri apa ke kanan. Dua-duanya terlihat sepi. Akhirnya saya putuskan ambil jalan kanan. Baru melewati dua rumah, ada seorang wanita bergaun putih keluar dari pagar rumah memanggil saya “bang, baksonya satu ya”. Ya bu, jawab saya dan saya lihat wanita itu kembali masuk pagar. Sayapun langsung menyiapkan satu porsi bakso yang dipesan.
Setelah usai saya menyiapkan satu mangkok bakso pesanan wanita itu, sayapun mengantarnya ke rumah tempat wanita itu. Sampai di depan pagar saya sempat heran “kok pintu pagarnya ditutup ya, diselot lagi, padahal ibu tadi perasaan tidak membuka dan tidak menutup pagar”, kata saya dalam hati. Saya menepis keheranan saya itu, saya buka pagar. Walaupun diselot tapi tidak dikunci. Saya langsung masuk menuju pintu. Pintunya tertutup.
Sesampai di depan pintu, perlahan saya ketok “tok, tok, tok. Permisi, ini baksonya bu”, kata saya kepada wanita tadi yang saya yakini adalah penghuni rumah ini. Tidak ada jawaban dari dalam rumah, saya ketok lagi “tok, tok, tok. Permisi, ini baksonya bu”, kata saya lagi agak keras. Akhirnya terdengar langkah kaki dari dalam rumah dan pintupun dibuka yang membuka adalah seorang wanita muda dan bertanya “ada apa mas?”.
“Ini mbak, tadi ada ibu-ibu di rumah ini pesan bakso sama saya” jawab saya kepada wanita muda itu. “Ibu-ibu?, di rumah ini tidak ada ibu-ibu mas, saya di sini cuma tinggal bertiga dengan suami dan anak saya mas”, kata wanita muda itu. “Ya tadi sih masuk ke sini mbak”, kata saya.
Tiba-tiba seorang lelaki muda yang tentunya suami wanita muda ini keluar dari dalam rumah dan bertanya “ada apa sih malam-malam kok ribut?”. Lalu “ini abang tukang bakso ini mengantarkan bakso, katanya ada ibu-ibu di rumah ini pesan bakso. Padahal kan di rumah ini cuma kita bertiga”, jawab wanita muda itu. “Gitu aja kok ribut, ya sudah, sini baksonya, biar saya yang makan, tapi bikinkan satu lagi ya buat istri saya”, kata lelaki muda itu. Sayapun bergegas menyerahkan semangkok bakso kepadanya dan bergegas menyiapkan semangkok bakso lagi.
Setelah selesai menyiapkan, saya antar bakso ke rumah tersebut. “ini mbak baksonya”, kata saya sambil menyerahkan semangkok bakso kepada wanita itu. “Duduk sini dulu mas”, kata lelaki muda itu sambil mempersilakan saya duduk di kursi yang ada di teras rumah itu. “Ya mas, makasih”, kata saya. Dia makan di teras, sementara istrinya masuk membawa bakso, tak lama kemudian istrinya menyerahkan mangkok yang sudah kosong kepada saya, mungkin langsung dipindah ke mangkoknya sendiri.
“Memang benar tadi ada ibu-ibu pesan bakso, jangan-jangan kamu cuma ngarang aja biar baksomu laku”, kata lelaki itu berkelekar sambil tersenyum kepada saya. “Untuk apa saya bohong mas, saya kan tiap hari jualan di sini, memang benar kok tadi ada ibu-ibu yang pesan”, jawab saya. “Ciri-cirinya bagaimana?” tanya lelaki muda itu. “Ya ibu-ibu tidak terlalu tua sih, pakai baju panjang warna putih, rambutnya agak panjang”, jawab saya.
“Lalu dari mana asalnya dan kemana?”, tanya lelaki muda itu lagi. “Tadi keluar dari rumah ini dan masuk lagi ke rumah ini mas, tapi yang saya heran, saya tidak mendengar dia membuka pintu pagar dan menutup pintu pagar, padahal waktu saya masuk, pagarnya ditutup dan diselot, waktu saya buka selotnya, bunyinya cukup keras mas” jawab saya.
“Ya, tidak salah, kata orang-orang di sekitar sini, memang dia kadang-kadang muncul, tapi saya sampai hari ini belum pernah bertemu sama dia” kata lelaki muda itu. “Maksudnya mas?”, tanya saya lagi. Lelaki muda itu menjawab “kata orang-orang di sekitar sini, dia itu makhluk halus yang tinggal di rumah ini, itu sih kata orang, kami sendiri yang tinggal di sini belum pernah bertemu”. Langsung merinding bulu kuduk saya mendengar penjelasan lelaki muda itu, ada rasa takut menjalar di tubuh saya.
Dan rupanya ketakutan saya terlihat oleh lelaki muda itu. “Ya gak usah takut mas, biasa saja. Ini uangnya” kata lelaki itu sambil menyodorkan uang sepuluh ribu rupiah kepada saya. “Baik mas, makasih ya mas”, kata saya sambil bergegas meninggalkan rumah itu. Setelah selesai saya letakkan mangkok di dalam gerobak, dengan penuh rasa ketakutan, sayapun langsung mendorong gerobak menjauhi rumah itu.
Post a Comment