Tetangga Misterius
Kulihat rumah tua bercat hijau itu didatangi mobil bobrok yang kelihatannya membawa banyak barang bawaan. Aku penasaran melihatnya. Sudah lama rumah tua itu tidak didatangi orang lagi.Taman di rumah tua itu sudah hancur berantakan. Banyak sekali ilalang yang tumbuh disitu. Akar pohon yang ditanampun sudah mulai menghancurkan tembok luar rumah tua tersebut. Batu taman yang semula indah sekarang telah berselimutkan lumut tebal. Cat temboknyapun sudah kusam. Aku dan teman-temanku menyebut rumah tua peninggalam alm.Sudjono itu rumah hantu. Pengendara mobil bobrok itu menurunkan barang-barangnya. Keluarganya ikut membantu membawakan barang-barang tersebut masuk ke dalam rumah hantu. Hampir saja aku melompat karena saking senangnya melihat ada anak perempuan yang sebaya denganku. Sudah lama aku tidak mempunyai teman yang rumahnya dekat. Aku mendekati anak perempuan itu. Maksudku ingin menyapa dan berkenalan dengannya, tapi dia malah langsung lari masuk ke dalam rumah hantu itu. Mungkin malu. Pikirku dalam hati. Sorenya kulihat anak perempuan itu keluar dari rumah hantu dan memanjat pohon. Aku menyapanya dengan datu kata, “Hai!”Anak perempuan itu terkejut dan dengan buru-buru dia langsung menuruni pohon dan berlari masuk ke rumahnya.
———————————————————-
“Bu, ada keluarga yang pindah ke rumah tua itu!” Ujarku ketika ibu sudah pulang dari belanja. Ibuku menjawab dengan anggukan. Aku kemudian bercerita tentang anak perempuan misterius itu. “Pokoknya dia itu orangnya nggak mau diajak ngomong banget, Bu!” Kalimat itu menutup ceritaku pada ibu. Ibu menanggapi, “Mungkin kita harus membawa hadiah untuk gadis itu. Anak perempuan ‘kan suka hadiah. Mungkin dia anak yang ceria tapi malu untuk berkenalan.” Ibu juga menyarankan agar aku berkenalan terlebih dahulu dengan orang tua gadis itu agar orang tuanya mau memperkenalkn aku pada anak perempuan mereka. Aku setuju dengan usul ibu.
———————————————————-
Esoknya, aku bergegas ke rumah hantu. Tidak sabar rasanya mempunyai teman baru! Kuketuk pintu rumah hantu itu. Tok tok tok!!! Pintu itu terbuka. Ternyata ibu anak perempuan itu yang membuka pintu. Ditanganku sudah terdapat satu buah parsel yang kemarin dibelikan ibu. “Bu, saya Rio. Tetangga ibu yang baru. Saya datang untuk mengenal lebih jauh keluarga ibu.” Ucapku sopan. Ibu itu menganggukan kepalanya sambil tersenyum. “;Silahkan masuk dan duduklah.” Undang ibu itu. Setelah bercakap-cakap sebentar, aku mengetahui bahwa ibu yang bernama Syahti Chandra itu baru pindah dari kota yang cukup jauh. Setelah itu, Bu Syahti memanggil anggota keluarganya. "Ini suami saya. Namanya Billy Supdarjo Chandra.Ini anak-anak saya, George Chandra dan Robert Chanra.” Aku bingung, mengapa tidak ada anak perempuan? Hal itu aku tanyakan kepada Bu Syahti. Tiba-tiba Bu Syahti menitikan air mata. Aku semakin bingung. Saat kutanyakan mengapa Bu Syahti menangis, Pak Billy menjelaskan berita yang hampir-hampir membuatku pingsan. “Kate sudah meninggal sebelum kami pindah kemari.” Lalu siapa yang aku lihat memanjat pohon?
Incoming search terms:
Post a Comment