Header Ads

Aku Kira Kayu Panjang, eh Ternyata?

Namaku Mawar. Aku mau cerita nih, masih tentang pesantrenku juga. Langsung saja deh. Waktu itu malam kamis jam 1 Wib. Beberapa santri sedang sibuk di dapur, dan mengantri memasak mie untuk makan sahur. Waktu itu aku dapat antrian paling akhir bersama 4 kawanku yang lain. Karena antrian masih panjang, aku dan ke-4 kawanku duduk di halaman belakang di bangku yang panjang dan lebarnya sebesar tempat tidur jumbo yang dibuat agar para santri dapat duduk sambil memotong bahan masakan.

Bangku itu menghadap ke kebun yang dibatasi oleh tembok pembatas setinggi pinggang. Kami duduk ber-5 sambil nderes (menghafal) dan sambil sesekali bercanda dan bercerita. Saat temanku sedang bercerita aku tak terlalu mendengarkan. Karena sedang konsentrasi menghafal. Tapi perhatianku teralihkan saat temanku bercerita, “setan itu namanya valak mba. Rupanya seperti biarawati, mukanya putih seperti di labur. Terus waktu si Lorainenya bilang namamu valak, pangeran siluman ular. Lalu wajah si valaknya itu hancur mba, mulutnya robet”.

Saat aku sedang asyik mendengarkan cerita, terdengar suara dari arah dapur memanggil namaku, karena sudah giliranku untuk memasak. Aku dan temanku umeng (nama samaran) bergegas masuk ke dapur. Karena pintu dapur ada 2, yang 1 di sebelah kiri langsung menghubungkan ke ruang masak, dan yang satu lagi langsung menghubungkan ke dapur dan toilet 4 bilik. Toilet ini atapnya terbuka (bukan gak ada atapnya, tapi atapnya itu cuma setengah menutupi. Agak ke atas, gak rapat kayak atap rumah. Ah sudahlah agak susah digambarkan).

Nah di belakang toilet ini ada kebun bambu yang rimbun, dan 2 pohon kelapa. Dan pintu-pintu toilet ini menghadapnya ke kebun. Nah di sini apesnya. Waktu aku sampai di depan pintu masuk, aku melihat ada sarung terselampir di bilik toilet no 1. Tanda ada santri yang sedang buang hajat. Saat aku akan berjalan belok ke arah kompor yang terletak di sebelah pintu lain yang dimasuki umeng tadi, dari arah samping mataku seperti melihat sesuatu yang panjang di atas, antara toilet dan tembok pembatas.

Tadinya aku kira itu balok kayu, tapi saat aku berbalik menghadap ke arah toilet untuk melihat lebih jelas, *alamak badanku langsung tegang dan kaku. Melihat tangan panjang banget hendak meraih sarung yang terselampir di atas pintu toilet no 1, lalu sarung itu di jatuhkan ke lantai. Jelas banget itu cuma tangan panjang. Gak ada kepala atau bahu yang terlihat terjulur. Kalau itu tangan orang, pasti kepala dan bahunya terlihat, secara jarak toilet dan tembok pembatas kira-kira 1 meter.

Aku diam ditempat gak bisa berkedip, lalu dari arah belakang temanku menepuk bahuku dengan keras sambil bilang “Dor!”. Saking kagetnya aku berteriak lalu pingsan. Saat sadar aku melihat wajah teman yang mengagetkanku tadi dengan mata sembab habis menangis karena khawatir dan merasa bersalah. Lalu aku menceritakan apa yang tadi aku lihat. Lalu kata mba pengurus yang tertua, itu tadi yang di toilet mba mayang (nama samaran) lagi buang hajat besar.

Lalu mba mayang cerita “tadi waktu aku buang hajat aku di ceb*kin tuh sama ‘dia’, cuma seusap sih, tapi aku kaget banget tiba-tiba ada yang ‘nyentuh’. Jadi buru-buru ceb*k pakai air. Pas mau nyiram kloset eh bersih banget kayak gak ada yang buang hajat. Waktu mau ngambil sarung di atas pintu, sarungku gak ada. Langsung saja aku teriak sekencang-kencangnya karena takut banget. Terus mba atun (nama samaran) yang lagi ngangkat jemuran di samping, datang sambil bawa jemuran, aku di kasih sarung bersih karna sarungku ada di lantai sudah kotor”.

Lalu mba mayang menggerutu kesal “jahil banget sih tuh setan! Berani-beraninya dia gituin aku!”. Lalu semua teman-teman yang mendengar langsung ketawa. Semenjak kejadian itu aku gak pernah berani lagi ke toilet sendirian. Harus di antar sama ke 4 temanku. Saling menjaga dan melindungi 1 sama lain. Sudah dulu ya. Kapan-kapan aku sambung lagi. Maaf loh kalau kata-kataku tidak sopan atau kalimatnya jorok dan berantakan. 

Sumber : cerita-hantu.com

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.